Selamat Datang di Situs Web Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia

 

Kunjungan ke  Melbourne Magistrates Court

Melbourne Magistrates’ Court:  Bukan Pengadilan Biasa

 

Melbourne | Kepaniteraan.mahkamahagung.go.id (9/10)

Setelah satu minggu melakukan rangkaian kegiatan magang (dan MoU) di Federal Court Kepaniteraan Negara Bagian Queensland di Brisbane, mulai  Senin kemarin (8/10)  delegasi MA-RI meneruskan kegiatan magang di Federal Court Kepaniteraan Negara Bagian Victoria di Melbourne. Aktivitas magang di hari pertama adalah kunjungan ke Melbourne Magistrates Court (MMC).  Meski kunjungan ke MMC ini hanya sehari, namun delegasi MA diberikan paparan mengenai 7 (tujuh) materi presentasi secara maraton. Dari presentasi ini tergambar bahwa Melbourne Magistrates Court (MMC) bukan pengadilan biasa.

Sebutan bukan pengadilan biasa ini tidak tanpa alasan. Beberapa gambaran yang didapat dari presentasi dan pengamatan di gedung pengadilan menguatkan pada sebutan tersebut, diantaranya adalah fakta-fakta sebagai berikut:

1.    Solution Focus Judging

Menurut Deputy Chief Magistarte, Lance Martin dan Pelaksana Tugas Panitera, Keith Turner, keduanya memberikan paparan di sesi pertama mengenai profil MCC, sebagai lembaga peradilan, Pengadilan Magistrate berwenang menjatuhkan hukuman yang beragam, diantaranya: pembatalan lisensi/izin, pembayaran denda,  hukuman percobaan,  Community Based Order (CBO), Intensive Correction Order (ICO), dan penjara (max 2 tahun).

Yang menarik dari pola penjatuhan hukuman yang dilakukan oleh Pengadilan Magistrate adalah dianutnya konsep penghukuman yang berfokus pada solusi (Solution Focus Judging). Konsep ini terlihat dalam penjatuhan hukuman terhadap orang yang memiliki masalah dengan pengendalian emosi dan ketergantungan dengan narkoba. Mereka diberikan hukuman yang disebut dengan Community Based Order (CBO) atau juga Intensive Correction Order (ICO). Melalui pola hukuman ini terpidana diperintahkan untuk memasuki program rehabilitasi, counseling,   melakukan kerja sosial, atau pembatasan untuk memasuki wilayah yang rawan pelanggaran. “Hukuman pembatasan bepergian ke kawasan tertentu biasanya bagi yang memiliki ketergantungan dengan narkoba. Ini agar mereka tidak terjerumus lagi”, ujar Martin. Untuk memastikan mereka masuk program rehabilitasi ini dilakukan oleh badan pengawas dari lembaga pemasyarakatan.



Untuk mendukung konsep pemidanaan yang berfokus pada solusi ini MMC memiliki tiga program, yaitu: CREDIT (Court Refferal & Evaluation for Drug Intervention & Treatment), Criminal Justice Diversion Program dan Court Integrated Services Program. Ketiga program tersebut mengarah pada perbaikan diri atau prilaku dari terpidana. Sehingga setelah selesai masa pemidanaan , yang bersangkutan kembali menjadi manusia yang “normal”.

2.    Petikan Putusan Disampaikan On The Spot

Pengadilan Magistrate Victoria (MCC) bisa disebut sebagai pengadilan tersibuk. Tidak kurang dari 250.00 perkara pidana dan perdata diterima oleh pengadilan ini. Meskipun beban yang menggung, ternyata MCC bisa menyerahkan petikan putusan sesaat begitu persidangan selesaif (on the spot). Kecepatan penyampaian petikan putusan ini bisa dilakukan karena MCC menggunakan teknlologi informasi. Koordinator IT MCC, Edward Dolceamoore, menunjukkan kepada delegasi MA bagaimana hakim dalam memeriksa perkara langsung menggunakan komputer yang terhubunga dengan  sistem yang disebut dengan Court Link. Pengguaan komputer tersebut langsung dilakukan oleh hakim, tanpa bantuan staf pengadilan. Staf pengadilan yang disebut sebagai  Bench Clerk bertugas mendokumentasikan dan melakukan digital recording jalannya persiangan. Melalui printer yang ada di Bench Clerk, maka begitu  persidangan selesai maka petikan putusan pidana langsung disampaikan.

3.    Keamanan Maksimum, Pelayanan Nomor Satu

Sebagai pengadilan tersibuk yang menangani perkara pidana dan perdata di tingkat pertama, MCC menerapkan standar keamanan yang maksimum. Pintu masuk pengunjung pengadilan hanya satu. Dilengkapi alat pendeteksi barang bawaan berteknologi x-ray ditambah dengan pemeriksaan metal detector. Ibarat masuk ke bandara, maka siapapun yang masuk, tidak ada kompromi, harus melewati prosedur pemeriksaan. Bahkan rombongan pendamping delegasi MA, yaitu Justice Grey dan Registrar FCA Melbourne, Sia Lagos, keduanya tetap diperiksa seperti pengunjung biasa. Penerapan standar keamanan yang maksimum ini untuk memberikan rasa aman terhadap staf pengadilan maupun para pihak. Sehingga penerapan standar keamanan ini menjadi bagian dari access to justice.

Sementara itu dalam rangka memberikan pelayanan kepada pencari keadilan,khususnya dalam pelaksanaan persidangan, MCC membagi jadwal sidang kepada dua termin. Termin pertama sebelum jam 11.30 dan termin kedua setelah jam 14.00. Pembagian ini , menurut Lance Martin, dimasudkan untuk mengurangi penumpukan pihak di waktu tertentu.

4.    Law Weeks

Penerapan standar keamanan yang maksimum memberi kesan “anker” terhadap pengadilan magistrate. Namun dalam presentasi Jelena Popovic, Deputy Chief Magistrate, MCC memiliki program yang sangat ramah dengan publik. Program ini diberi nama Law Weeks. Melalui program ini, satu hari dalam seminggu, MCC mengundang masyarakat ke gedung pengadilan. Di forum ini para magistrate akan berdialog dengan masyarakat, bertukar pikiran dan menerima masukan dari masyarakat. Program ini ibarat open house yang dilakukan dalam tradisi idul fitri di Indonesia. Sementara untuk kegiatan pelayanan publik harian, pengadilan magistrate ini mempunyai petugas informasi yang terlatih.

5.    Moot Court dan Menerima Kunjungan Anak Sekolah

Pendekatan lain untuk membuat pengadilan dekat dengan publik adalah mengadakan kegiatan pengadilan semu atau moot court. Dengan kegiatan ini para mahasiswa akan datang ke pengadilan, menggunakan fasilitas pengadilan dan memahami tugas pokok dan peran pengadilan. Selain itu, pengadilan magistrate Victoria (MCC),  menerima kunjungan anak sekolah (SMU)  ke pengadilan. “pernah  di gedung ini berkeliaran 300 siswa SMU, tapi kami menyukainya”, ujar Jelena Popovic.

6.    Judicial Mentoring Program

Masih terkait dengan aktivitas pembelajaran, MCC juga mengadakan program mentor judisial bagi mahasiswa hukum yang akan melakukan penelitian di pengadilan. Ketua pengadilan akan menugaskan magistrate atau panitera untuk melakukan bimbingan terhadap mahasiswa yang melakukan penelitian.

7.    Menggalang Kegiatan Amal

Satu lagi yang tidak biasa dilakukan pengadilan adalah menggalang kegiatan amal. Disini MCC menggalang dana dari pegawai atau publik yang akan didistribusikan melalui lembaga terpercaya untuk selanjutnya disampaikan kepada pihak yang membutuhkan. Misalnya kepada penduduk yang mendapatkan bencana atau peristiwa lainnya. Bukan hanya itu, MCC pun menyediakan makan gratis bagi tunawisma.

Ketujuh kegiatan Pengadilan Magistrate diatas telah berhasil mendekatkan pengadilan ke hati publik. Hal ini menurut Jelena Popovic menjadi bagian dari access to justice.

Mengenai keberadaan MCC itu sendiri, menurut  Deputy Chief Magistarte, Lance Martin dan Pelaksana Tugas Panitera, Keith Turner , adalah pengadilan tingkat pertama dalam sistem hukum negara bagian Victoria yang yurisdiksinya meliputi perkara pidana dan perdata. Di seluruh negara bagian Victoria, menurut Keith Turner, terdapat 52  Pengadilan Magistrate, dengan personil: 114 orang magistrate (53 diantaranya di MCC),  7 Judicial Registrar dan 14 Acting Registrar.

Menurut Lance Martin, Perkara pidana yang menjadi kewenangan Pengadilan Magistrate adalah perkara pidana ringan seperti pelanggaran lalu lintas, penganiayaan, pencurian (dalam jumlah tertentu), dan lain-lain. Kewenangan dalam ranah perdata pun meliputi seluruh sengketa perdata yang ringan dengan nilai kerugiannya tidak lebih dari AUS 100.000,-. Termasuk kewenangan pengadilan magistrate adalah perkara  kekerasan keluarga dan keamanan individu.  (an)